Saat Kopi Nusantara Jadi Primadona di Negeri Sendiri

Kopi hasil racikan barista di kedai Kopi Bike, Jalan Menjangan Raya, Pondok Ranji, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Minggu (19/7/2020). Kopi Bike milik Win Hasnawi ini tak sekedar menjajakan kopi nusantara tapi juga memberi edukasi tentang kopi.
KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO
Penulis: Sri Noviyanti | Editor: Sri Noviyanti

KOMPAS.com – Kuliner di Indonesia menjadi salah satu subsektor ekonomi kreatif yang terus tumbuh dengan pesat. Bahkan, kuliner dikategorikan sebagai industri yang abadi. Sebab, kuliner bukan lagi sekadar kebutuhan, tapi menjadi gaya hidup.

Salah satu subsektor kuliner yang sedang tumbuh pesat dan menjadi gaya hidup baru masyarakat adalah kopi Nusantara.

Hingga saat ini, kopi menjadi salah satu produk Indonesia yang terus mengalami kemajuan dan perkembangan. Ini karena profuk kopi Nusantara makin diminati masyarakat, baik secara nasional maupun mancanegara.

Menurut Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian, konsumsi kopi Nasional pada 2016 mencapai sekitar 249.800 ton, dan tumbuh menjadi 314.400 pada 2018.

Pada 2021, konsumsi kopi bahkan diharapkan dapat naik hingga 370.000 ton.
Beruntung, peningkatan konsumsi kopi Nasional selalu dibarengi dengan peningkatan produksi kopi.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2019, Indonesia berhasil memproduksi kopi sebanyak 742.000 ton. Dari total keseluruhan kopi Nusantara tersebut, wilayah Sumatera Selatan masih menjadi lumbung kopi terbesar di Indonesia.

Provinsi tersebut menyumbang produksi kopi sebanyak 184.168 ton atau hampir setara dengan 25 persen produksi kopi Nasional pada 2018. Di tahun yang sama, nilai ekspor kopi Nusantara berhasil mencapai Rp 9,5 triliun.

Tak hanya itu, kopi Nusantara juga mendapatkan aspirasi dari pecinta kopi secara global. Terbukti, Indonesia berhasil masuk sebagai salah satu produsen biji kopi terbesar ke-4 di dunia pada 2019 dengan jumlah rata-rata kopi yang dihasilkan sekitar 742.000 ton.

Menariknya, pertumbuhan ekspor kopi Nusantara terus berlanjut pada periode Januari hingga April 2020 sebesar 1,34 persen atau menjadi 158.780 ton jika dibandingkan periode yang sama pada 2019.

Kebiasaan ngopi orang Indonesia

Melihat geliat produksi kopi Nusantara menjadi primadona di negeri sendiri tidak mengherankan kuliner yang menjadi subsektor unggulan ekonomi kreatif tersebut dapat menjadi lokomotif kebangkitan industri kreatif Indonesia.

Berbekal inovasi dari pelaku ekonomi kreatif, serta pengembangan usaha yang mengikuti tren era digital, pelaku kuliner Indonesia siap bersaing di tengah ketatnya kompetisi di pasar lokal, regional, maupun global.

Sebagai contoh, ekonomi kreatif yang sedang tumbuh pesat di Indonesia saat ini adalah kedai kopi kekinian.

Beragam kopi nusantara dipamerkan dalam Rembug Kopi di gedung SMESCO, Jakarta, 20-22 September 2019

Meski sebagian orang memilih menyeduh dan menikmati kopi sendiri di rumah, sebagian lain tetap memilih minum kopi sambil berkumpul bersama rekan di kedai kopi.

Artinya, kedai kopi tak akan kehilangan pasar selagi terus berinovasi dengan menyediakan beragam fasilitas untuk pengunjung.

Mulai dari tempat yang nyaman, sarana jaringan internet, hingga iming-iming potongan harga dari beberapa pihak juga bisa menjadi pertimbangan. Dari hal sederhana inilah, kedai kopi kekinian menjamur di kota-kota besar di Indonesia.

Di balik banyaknya kedai kopi di Indonesia, ada satu hal yang menarik, yaitu kopi Nusantara yang tetap jadi primadonanya.

Sekarang, banyak kedai kopi lokal yang turut menyajikan berbagai macam kopi Nusantara. Hal inilah yang menjadikan tingkat konsumsi kopi Nusantara di Indonesia terus naik selama lima tahun terakhir.

Sebagai informasi, pada 2014-2015, jumlah konsumsi kopi Nusantara hanya sebesar 4.417 kantong. Lalu, meningkat menjadi 4.550 kantong pada 2015-2016.

Jumlah konsumsinya mengalami peningkatan signifikan selama periode 2018-2019 dengan jumlah mencapai 4.800 kantong berkapasitas 60 kilogram (kg).

Tak hanya dalam negeri, kopi Nusantara juga banyak diminati pecinta kopi dunia. Sebagai contoh, gerai kopi internasional Starbucks Reserve turut menyajikan berbagai jenis kopi Nusantara di kedai mereka. Mulai dari kopi Toraja Sapan Village, kopi Jawa Barat, hingga kopi Bali menjadi pilihan di kedai bergengsi tersebut.

Berbicara tentang kopi Nusantara yang jadi primadona di negeri sendiri tentunya kurang lengkap jika tidak mengetahui jenis kopi paling terkenal di Indonesia, bahkan dunia. Berikut beberapa jenis kopi Nusantara yang biasanya dijajakan di kedai kopi.

Kopi Gayo

Kopi Aceh Gayo menjadi salah satu jenis kopi Nusantara yang cukup populer, baik di dalam negeri maupun mancanegara. Salah satu karakteristik dari jenis kopi ini adalah aroma yang kuat dan gurih, serta tingkat keasaman yang rendah.

Mengutip dari laman Kompas.com, Rabu (30/9/2020), Co-Founder Shoot Me In The Head sekaligus Licensed Q Arabica Grader Cindy Herlin Marta menjelaskan, kopi Aceh Gayo adalah kopi Nusantara yang paling banyak diekspor Indonesia. Jepang, menurutnya adalah sala satu Negara yang paling menyenangi biji kopi jenis ini.

Kopi Ciwidey

Kopi Ciwidey juga merupakan salah satu jenis kopi Nusantara yang jadi primadona di negeri sendiri. Bahkan, kopi Ciwidey pernah mendapatkan predikat sebagai kopi termahal di Indonesia dan tercatat dalam rekor MURI 2017.

Saat lelang yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan Pacific Coffee Conference di Jakarta pada 2017, kopi Ciwidey dihargai Rp 2.050.000 per kg. Angka ini sangat mengejutkan banyak pihak, khususnya pecinta kopi. Perlu diketahui, harga kopi tertinggi pada lelang sebelumnya hanya sampai di angka Rp 650.000 per kg.

Salah satu alasan mengapa kopi Ciwidey layak dihargai mahal adalah karena rasa dan aromanya yang unik. Kopi Ciwidey memiliki rasa yang cenderung manis saat diminum. Rasa tersebut didapat setelah melewati proses yang cukup panjang demi mendapatkan biji kopi yang berkualitas.

Kopi Toraja

Kopi lain yang juga menarik perhatian mancanegara adalah kopi Toraja. Hal ini berkat rasa kopi yang unik dibandingkan dengan jenis kopi Nusantara lainnya.

Keunikan dari kopi Toraja didapat dari perpaduan rasa cokelat, tembakau, dan karamel di tiap seduhan kopinya. Tekstur dari kopi Toraja dikenal sangat halus dan harum sehingga membuat setiap orang yang meminumnya menjadi lebih rileks.

Kopi Mandailing

Kopi Mandailing merupakan kopi jenis arabika yang ditanam di daerah Mandailing Natal, perbatasan Sumatera Utara dan Sumatera Selatan.

Ilustrasi kopi tubruk.

Tidak hanya cocok dan populer di kalangan masyarakat Indonesia, kopi Mandailing juga menjadi primadona bagi orang Eropa. Cita rasa yang lezat, kekentalan yang cukup tinggi, namun tingkat keasaman yang rendah membuatnya jadi favorit banyak orang.

Selain itu, kopi Mandailing punya kesan after taste di lidah. Rasa agak pedas, namun tetap bersahaja, begitu kata penikmatnya.

Tidak mengherankan, hingga saat ini kopi Mandailing berhasil menarik perhatian pecinta kopi di banyak negara, mulai dari Jepang, Eropa, hingga Amerika Serikat.